Kamis, 04 Juli 2013

Prosedur Translasi (Laporan Keuangan) Mata Uang Asing Sesuai IFRS ( Part1 )

Di era globalisasi sekarang ini, transaksi bisnis yang menggunakan mata uang asing bukan sesuatu yang aneh, apalagi bagi perusahaan yang memiliki anak perusahaan atau kantor cabang (operasional) di luar Indonesia. Akan tetapi, hingga saat ini, translasi laporan keuangan anak perusahaan yang menggunakan mata uang asing masih merupakan tantangan tersendiri bagi sebagian akuntan dan orang accounting pada umumnya. Terlebih-lebih setelah diberlakukannya IFRS. 

Translasi (atau konversi) mata uang asing dalam laporan keuangan, buat saya pribadi, bukan sesuatu yang sederhana, apalagi jika harus mengikuti standar pelaporan keuangan yang terus berubah dari waktu ke-waktu. Prosedurnya itu sendiri sudah rumit, ditambah lagi dengan langkah-langkah prosedur yang lumayan panjang, sehingga urusan mentranslasikan laporan keuangan bermata uang asing, bukan bekerjaan yang mudah.

Ada 2 metode yang disarankan oleh IFRS, dalam mentranslasikan laporan keuangan anak perusahaan (subsidiary entities) yang menggunakan mata uang asing, yaitu:
  1. Translasi ke dalam mata uang pelaporan (presentation currency) dan 
  2. Translasi ke dalam mata uang fungsional (functional currency).

Ada kalanya suatu perusahaan tunggal (tidak memiliki perusahaan anak), tetapi bertransaksi dalam mata uang asing, sehingga perlu mengkonversikan nilai nominal transkasi-transaksi tersebut. Untuk itu, yang digunakan BUKAN salah satu dari kedua metode translasi di atas, melainkan prosedur “translasi atas transkasi mata uang asing” secara langsung. Tak kalah pentingnya untuk diketahui oleh mereka yang melakukan pekerjaan translasi laporan keuangan, yaitu “Disklosur khusus untuk situasi tertentu sehubungan dengan translasi mata uang asing.

Apa itu Mata Uang Fungsional dan Apa Itu Mata Uang Asing?
Mata uang fungsional adalah mata uang (yang dipergunakan) dalam lingkungan ekonomi utama dimana perusahaan beroperasi. Lumrah dan logisnya (meskipun tidak selalu), perusahaan menghasilkan dan membelanjakan kas dalam mata uang lokal dimana perusahaan beroperasi. Misalnya: perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia, lumrahnya, menghasilkan dan membelanjakan kas dalam mata uang Rupiah (IDR), secara mayoritas meskipun ada yang dalam mata uang asing tetapi porsinya tidak banyak. Sehingga, mata uang fungsional biasanya (meskipun tidak selalu) adalah mata uang lokal dimana perusahaan beroperasi. Misalnya: JAK Corp. punya anak perusahaan bernama JAK Pte Ltd yang beroperasi di Singapore. Maka, lumrahnya, mata uang fungsionalnya JAK Pte Ltd adalah Singapore Dollar (SIN$).
Mata uang fungsional, menurut IFRS, adalah mata uang yang:
  • secara mayoritas, mempengaruhi harga jual dan harga beli barang/jasa, ATAU digunakan sebagai pengukur nilai beli atau nilai jual oleh regulator dimana perusahaan beroperasi.
  • secara mayoritas mempengaruhi harga bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya-biaya lain, sehubungan dengan pembuatan produk/jasa yang diperdagangkan.

Sebagai lawan dari mata uang fungsional (functional currency) adalah mata uang asing (foreign currency). Sehingga yang dimaksudkan dengan mata uang asing dalam konteks pelaporan keuangan adalah: mata uang selain mata uang fungsional. Dan yang dimaksudkan dengan transaksi mata uang asing adalah transaksi - transaksi yang diukur (atau istilah standarnya didenominasi) dalam satuan mata uang selain mata uang fingsional atau memerlukan pelunasan dalam mata uang selain mata uang fungsional yang timbul ketika perusahaan:
  • Membeli dan menjual barang atau jasa dalam bentuk kredit yang harganya didenominasi (diukur) dalam satuan mata uang asing.
  • Meminjam atau meminjamkan dana atau utang-piutang yang didenominasi dalam mata uang asing.
  • Memperoleh/membeli atau menjual aset tetap dalam mata uang asing.
  • Melunasi kewajiban yang didenominasi (diukur) dalam satuan mata uang asing

Prosedur Translasi Ke Dalam Mata Uang Pelaporan (Presentation Currency)
Prosedur ini dipergunakan jika mata uang fungsional perusahaan anak adalah mata uang lokal dimana perusahaan anak beroperasi.
Yang dimaksud dengan “mata uang pelaporan” (presentation currency) adalah mata uang yang dipergunakan oleh perusahaan induk dalam melaporkan seluruh aktivitas operasional usahanya, termasuk operasional anak-anak perusahaan yang ada di luar negeri. Misalnya:
JAK Corp berkedudukan di Indonesia, listing di BEJ, mata uang pelaporan JAK Corp di BEJ adalah Indonesian Rupiah (IDR). Merujuk ke contoh kasus sebelumnya, maka akuntan JAK Corp perlu mentranlasikan laporan keuangan anak perusahaannya yang di Singapore (JAK Pte Ltd) yang menggunakan SIN$ sebagai mata uang fungsional ke dalam satuan IDR, sebelum diikutsertakan (atau dikonsolidasikan) ke dalam laporan keuangan JAK Corp di Indonesia.
prosedur translasi ke dalam mata uang pelaporan

Identifikasi dan Tentukan Mata Uang Fungsional Anak Perusahaan (subsidiary. Anak perusahaan bisa saja bertransaksi dalam beragam mata uang. Untuk itu, sebelum translasi dilakukan, perlu mengidentifikasi mata uang fungsionalnya.

Konversikan hasil Laporan Posisi Keuangan (Neraca) ke Mata Uang Pelaporan 
Setelah semua laporan keuangan anak perusahaan dikonversikan ke mata uang fungsionalnya, konversikan semua laporan keuangan (baik anak perusahaan maupun induknya). Bisa saja perusahaan induk juga bertransaksi dalam beragam mata uang, selain mata uang pelaporannya. 
Misalnya: untuk pelaporan listing di Nasdaq, JAK corp menggunakan USD sebagai mata uang pelaporan, sementara sebagian besar transkasi di JAK corp dalam IDR. Dalam situasi ini maka laporan posisi keuangan (Neraca) JAK corp sebagai perusahaan induk-pun perlu dikonversikan ke dalam mata uang pelaporan.
ada ketentuan khusus yang harus diperhatikan APABILA perusahaan (entah anak atau induk perusahaan) berada dalam lingkungan ekonomi yang mengalami inflasi di luar batas kewajaran (bahasa standarnya “Hyperinflasi”). IAS 21 menyebutkan beberapa indikasi utama yang menunjukan adanya hyperinflasi—dalam suatu negara, yaitu:
  • Perilaku populasi terhadap mata uang lokal;
  • Harga yang bertautan dengan indeks harga; dan
  • Akumulasi rate inflasi selama tiga tahun mendekati atau mencapai 100%.


Prosedur translasi khusus seperti apa yang harus dipergunakan bila perusahaan berada dalam lingkungan ekonomi yang mengalami hyperinflasi?
Jika perusahaan berada dalam lingkungan ekonomi yang mengalami hyperinflasi, menurut IFRS (IAS 21), maka LANGKAH-3 diatas harus memperhatikan 4 ketentuan berikut ini:
·         Tranlasikan semua ASET dan LIABILITAS dengan menggunakan nilai tukar penutupan (closing rate) termasuk komparasinya (jika ada). Sebagai informasi tambahan, yang dimaksud dengan closing rate dalam hal ini adalah spot exchange rate pada TANGGAL NERACA. Sementara yang dimaksud dengan spot exchange rate adalah nilai tukar yang bisa direalisasikan segera untuk pertukaran mata uang pada waktu tertentu (dalam hal ini adalah pada tanggal neraca).
·         
      Translasikan (konversikan) semua PENDAPATAN dan BIAYA/COST dari masing-masing Laporan Laba Rugi termasuk komparasinya (jika ada) dengan menggunakan nilai tukar (exchange rate) pada TANGGAL TRANSAKSI. Jika rate per transaksi tidak diketahui, sebagai alternative anda bisa menggunaka rate rata-rata selama kurun waktu periode pelaporan.
·         
      Akui selisih pertukaranatas konversi yang dilakukandi akun Pendapatan Kemprehsif Lain pada laporan Laba/Rugi Komperhensive. Pada Neraca konsolidasi perusahaan induk, selisih pertukaran diamasukan ke dalam kelompok Ekuitas sebagai Cadangan Translasi Mata Uang Asing hingga anak perusahaan ditutup (tidak beroperasi lagi).
·         
      Pada saat penutupan (penghentian operasional) anak perusahaan, akumulasi nilai selisih pertukaran yang selama ini berada di akun Cadangan Translasi Mata Uang Asing direklasifikasikan dari equity ke Laba atau Rugi (sebagai adjustment) bersamaan dengan pengakuan Laba/Rugi Penutupan Anak Perusahaan.
Rate Pertukaran Yang Digunalan Dalam Perhitungan Konversi Mata Uang Asing
Berikut adalah patokan dasar yang bisa digunakan dalam menghitung konversi mata uang asing secara umum:
  • Jika ADA, maka rate pertukaran yang digunakan adalah closing rate pada tanggal transaksi (lihat penjelasan prosedur di atas).
  • Jika TIDAK ADA closing rate, maka bisa menggunakan rate yang paling dekat dengan tanggal transaksi (rate yang berlaku besok paginya)
  • Jika tanggal-laporan-keuangan-yang-akan-konversikan (ditranslasikan) berbeda dengan tanggal-laporan keuangan-kemana akan dikonversikan (ditranslasikan) maka tentukan tanggal yang paling sesuai untuk dipergunakan sebagai basis translasi secara keseluruhan—untuk kemudian digunakan sebagai rate untuk konversi.
  • Jika ada ada beberapa rate yang tersedia sebagai basis translasi, maka gunakan rate basis translasi yang bisa digunakan sebagai basis rate perhitungan dana yang akan dipergunakan saat pembagian dividen. Sebagai alternative, bisa juga menggunakan rate yang akan digunakan untuk melakukan pembayaran (pelunasan) kepada pihak ketiga.

Di luar prosedur (dan ketentuan rate konversi) di atas, ada prinsip penting yang harus diperhatikan dalam melakukan translasi yaitu:
Kaitan ekonomis antar-elemen dalam laporan keuangan anak perusahaan yang ditranslasikan TIDAK BOLEH berubah setelah ditranslasikan ke dalam mata uang presentasi. Misalnya: Jika CURRENT RATIO laporan keuangan perusahaan anak yang menggunakan mata uang fungsional sebelum ditranlasikan adalah 3:1 dengan GROSS MARGIN 30% dari PENJUALAN BERSIH, maka setelah ditranlasikan kedua rasio tersebut tidak boleh berubah. Tujuan utama translasi laporan keuangan (anak perusahaan) dengan mata uang asing ke mata uang pelaporan adalah: agar aktivitas semua bisnis (induk dan anak) bisa dievaluasi dengan menggunakan alat ekur ekonomis yang sama.
Untuk prosedur translasi (laporan keuangan) mata uang asing sesuai IFRS part-1, saya cukupkan sampai di sini. Di tulisan berikutnya (Part-2) saya akan bahas mengenai: translasi ke dalam mata uang fungsional, konversi transkasi dengan mata uang asing, dan disklosur-disklosur (footnotes) yang diperlukan dalam penyajian laporan posisi keuangan (Neraca) sehubungan dengan translasi (laporan keuangan) mata uang asing. Selamat berakhir pekan.
Rate Pertukaran Yang Digunalan Dalam Perhitungan Konversi Mata Uang Asing
Berikut adalah patokan dasar yang bisa digunakan dalam menghitung konversi mata uang asing secara umum:
Jika ADA, maka rate pertukaran yang digunakan adalah closing rate pada tanggal transaksi (lihat penjelasan prosedur di atas).
Jika TIDAK ADA closing rate, maka bisa menggunakan rate yang paling dekat dengan tanggal transaksi (rate yang berlaku besok paginya)
Jika ‘tanggal-laporan-keuangan-yang-akan-konversikan (ditranslasikan) berbeda dengan tanggal laporan keuangan kemana akan dikonversikan (ditranslasikan) maka tentukan tanggal yang paling sesuai untuk dipergunakan sebagai basis translasi secara keseluruhan untuk kemudian digunakan sebagai rate untuk konversi.
Jika ada ada beberapa rate yang tersedia sebagai basis translasi, maka gunakan rate basis translasi yang bisa digunakan sebagai basis rate perhitungan dana yang akan dipergunakan saat pembagian dividen. Sebagai alternative, bisa juga menggunakan rate yang akan digunakan untuk melakukan pembayaran (pelunasan) kepada pihak ketiga.

Sumber : jurnalakuntansikeuangan.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar