Kamis, 04 Juli 2013

Translasi laporan Keuangan Part 2 : Prosedur Translasi Ke Dalam Mata Uang Fungsional

Metode translasi ke dalam mata uang fungsional digunakan apabila mata uang fungsional anak perusahaan (subsidiary) bukan mata uang lokal yang berlaku dimana anak perusahaan beroperasi. Dua indikasi lain selain mata uang fungsional yang bukan mata uang lokal yang bisa digunakan sebagai patokan untuk menggunakan metode ini, yaitu:

Anak perusahaan (subsidiary) memiliki pola operasional yang terintegrasi begitu dekat dengan perusahaan induk. Misalnya: sebagian poses pembuatan barang dagangan di buat di anak perusahaan dan sebagiannya lagi di perusahaan induk, atau sebagian besar produk yang dijual di perusahaan anak adalah hasil produksi perusahaan induk atau sebaliknya.

Harga jual barang/jasa dipengaruhi oleh mata uang selain mata uang lokal; atau sebagian besar pendanaan, penjualan, dan pengeluaran (cost & expenses) didenominasi (alias diukur) dalam satuan nilai selain mata uang lokal.

Dalam menggunakan metode tranlasi ini, anda mentranslasikan item-item yang bersifat moneter (alias monetary items, yaitu: kas dan transaksi-transksi yang dilunasi dengan kas, misalnya: piutang, utang dengan menggunakan RATE PENUTUPAN (closing rate) pada tanggal laporan keuangan anak perusahaan. Sedangkan akun aset dan liabilitas lainnya (persediaan, prepaid, aset tak lancar, dan ekuitas) di translasikan dengan menggunakan rate pertukaran yang berlaku pada tanggal (saat) masing-masing transaksi terjadi.

Berikut dalah prosedur lengkapnya:

Langkah-1. Pastikan bahwa mata uang fungsional anak perusahaan BUKAN mata uang lokal yang berlaku dimana anak perusahaan beroperasi (mengenai konsep mata uang fungsional silahkan baca part 1).

Langkah-2. Pergunakan ‘nilai tukar’, sesuai dengan situasi yang ada, untuk mentranslasikan laporan keuangan anak perusahaan ke dalam mata uang fungsional. Berikut adalah ‘nilai-tukar’ yang dipergunakan untuk masing-masing akun:

  • Pergunakan rate penutupan (closing rate) pada tanggal laporan keuangan anak perusahaan untuk: semua akun yang tergolong monetary items (kas dan transkasi-transkasi yang diselesaikan/dilunasi dengan kas).
  • Pergunakan rate historis (yang berlaku pada saat transaksi terjadi) untuk: semua non-monetary items (aset dan liabilitas yang tidak diselesaikan dengan kas) yang diukur menggunakan cost historis dalam mata uang asing, misalnya: persediaan, aset tak lancar, intangible termasuk penyusutan dan amortisasi dan ekuitas yang diukur dengan menggunakan cost histories.
  • Pergunakan nilai tukar yang berlaku pada saat PENENTUAN NILAI WAJAR (fair value) dilakukan untuk: semua non-monetary items yang diukur dengan menggunakan nilai wajar, dalam mata uang asing.
  • Pergunakan nilai tukar rata-rata tertimbang (weighted average) untuk: semua item pendapatan dan biaya, kecuali yang sudah menggunakan nilai tukar yang sesuai saat transkasi (atau sudah diketahui).


Langkah-3. Catat (atau akui) selisih rate ke dalam Laba/Rugi.

Langkah-4. Sebagai langkah akhir (setelah translasi ke mata uang fungsional selesai dilakukan dan selisih rate telah diakui), apabila mata uang fungsional TIDAK SAMA dengan mata uang pelaporan, tentunya masih harus mentranlasikannya lagi ke mata uang pelaporan (lihat prosedurnya di part 1).

Translasi Untuk Tranaksi-Transaksi Dengan Mata Uang Asing
prosedur ini BERLAKU UMUM, dalam pengartian: berlaku untuk semua transaksi yang menggunakan mata uang asing, di PERUSAHAAN MANAPUN (baik perusahaan induk yang memiliki anak perusahaan maupun perusahaan tunggal yang tidak memiliki anak perusahaan), sepanjang itu berupa transkasi yang menggunakan mata uang asing. Itu sebabnya mengapa prosedur ini dipisahkan dari 2 metode sebelumnya (di part 1 dan 2).

Dalam mentranslasikan Laporan Laba Rugi, bisa jadi anda menemukan item-item laba rugi yang dipengaruhi oleh item-item Neraca yang sudah ditranslasikan dengan menggunakan nilai tukar historis khususnya non-monetary items. Misalnya: Harga Pokok Penjualan (COGS) dipengaruhi oleh nilai persediaan (di Neraca) yang sudah ditranslasikan dengan menggunakan rate pada saat persediaan diproduksi. Dalam kondisi demikian, untuk mentranslasikan COGS  harus menggunakan nilai tukar (rate) yang sama seperti yang digunakan dalam mentranslasikan persediaan (di Neraca). Pendekatan yang sama bisa digunakan untuk kondisi-kondisi serupa, misalnya: untuk biaya penyusutan dan amoritisasi.

Bagaimana prosedurnya?
Pada dasarnya, transaksi dengan mata uang asing anda konversikan ke dalam mata uang pelaporan dengan menggunakan spot exchange rate (sejauh - jauhnya menggunakan closing rate) pada tanggal masing-masing transaksi.

Selanjutnya anda perlu membuat adjustment pada saldo akun yang didenominasi dengan menggunakan mata uang asing (selain mata uang pelaporan), pada tanggal laporan keuangan (baik tahunan maupun interim) agar mewakili perubahan rate yang terjadi sejak laporan keuangan sebelumnya dibuat (atau sejak transkasi terjadi jika itu dalam periode yang sama)

Selisih yang timbul akibat konversi (populer dengan istilah selisih rate) diakui langsung di Laporan Laba Rugi untuk periode pasa saat selisih terjadi.

Berikut adalah ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan:
Jika perusahaan terlibat langsung dalam transaksi yang menggunakan mata uang selain mata uang melaporan, maka ADJUSTMENT SELISIH yang timbul akibat konversi rate (dari mata uang asing ke mata uang pelaporan) langsung diakui sebagai LABA/RUGI di LAPORAN LABA RUGI dalam periode itu juga.

Selisih (laba/rugi) rate TIDAK dibuatkan adjustment untuk transkasi-transaksi yang masuk ke dalam item laporan keuangan bersifat jangka panjang yang menggunakan metode EQUITY. Ciri utama item jenis ini yaitu: tanggal penyelesaian (atau pelunaasan) belum diketahui denga pasti. Untuk kasus ini, anda sebaiknya menggunakan prosedur seperti translasi laporan keuangan  perusahaan anak ke laporan keuangan perusahaan induk

Jika ada perubahan nilai tukar yang bersifat material yang mempengaruhi laporan keuangan anak perusahaan, dan terjadinya setelah tanggal laporan keuangan anak perusahaan—yang telah diikutsertakan dalam laporan keuangan yang akan diaudit, maka anda perlu memberikan penjelasan mengenai perubahan tersebut di dalam Rincian dan Penjelasan Laporan Keuangan (footnote).

Footnote Yang Diperlukan Sehubungan Dengan Translasi Mata Uang Asing
Banyak transaksi dan item (dalam laporan keuangan) yang tidak bisa dipahami begitu saja oleh pembaca laporan keuangan terutama investor, terlebih-lebih laporan keuangan yang disusun dengan melalui proses translasi.

Masalahnya, adalah tidak mungkin bagi akuntan (dan orang accounting yang menyusun laporan keuangan pada umumnya) untuk menyertakan setiap fase rincian kalkulasi ke dalam laporan keuangan. Untuk itulah footnote diperlukan.

Dalam laporan keuangan yang disusun melalui proses translasi, ada beberapa item yang karena kondisi tertentu, memerlukan footnote khusus, diantaranya:
Laba/Rugi sehubungan dengan pertukaran mata uang (termasuk translasi), harus dinyatakan dengan jelas dalam footnote. Contoh footnotenya sbb:
  • Entitas melakukan bisnis dengan beberapa perusahaan di Singapore sehubungan dengan aktivitas operasional ekspor-impor yang berkelanjutan. Hal ini menghasilkan beberapa utang yang didenominasi dalam satuan mata uang SIN$, dengan tunggakan berkisar antara Rp 250,000,000 hingga Rp 500,000,000 pada sewaktu-waktu. Perusahaan tidak melakukan aktivitas pemagaran (hedging) terhadap risiko fluktuasi nilai tukar yang mempengaruhi utang-utang tersebut. Selama periode pelaporan ini, entitas memperoleh manfaat berupa laba selisih kurs, pada utang-utang tersebut, dengan nominal sekitar Rp 75,000,000.”

Item selanjutnya yang membutuhkan footnote khusus yaitu akun Cadangan Translasi Mata Uang Asing di bagian “Ekuitas Pemilik” yang menampung sekaligus mengakumulasikan selisih akibat translasi dari mata uang fungsional anak perusahaan ke mata uang pelaporan perusahaan induk. Untuk item ini, anda perlu menyertakan footnote yang menjelaskan mengenai:
(a) perubahan saldo pada akun ini; 
(b) nominal pajak penghasilan badan yang dialokasikan ke akun ini; dan 
(c) berapapun nilai nominal yang dikeluarkan dari akun ini akibat penutupan atau penghentian operasional anak perusahaan. Berikut adalah contoh footnotenya:
  • Entitas menyajikan ringkasan semua selisih rate yang timbul dari translasi laporan keuangan tiga anak perusahaannya di luar negeri ke dalam laporan konsolidasi, di kelompok ekuitas laporan posisi keuangan. Selama periode laporan, saldo akun ini mengalami penurunan sebesar Rp 2,200,000, sehingga saldo laporan menjadi Rp 220,000,000, mencerminkan pengaruh rugi translasi kumulatif selama periode laporan. Sekitar 35% dari penurunan ini dapat diatribusikan ke perusahaan perkebunannya di Malaysia. Sisa penurunan yang 65% dapat diatribusikan ke dalam pengahapusan bertahap investasi pada anak perusahaan Takayama Co. Ltd di Jepang.”

Item terakhir. Seperti sudah saya sampaikan sebelumnya, bahwa: perusahaan induk perlu membuat footnote untuk mencerminkan perubahan nilai tukar bersifat material yang mempengaruhi laporan keuangan anak perusahaan, dan perubahan tersebut terjadi setelah tanggal laporan keuangan anak perusahaan. Contoh footnote nya adalah sebagai berikut:
  • Sekitar 30% laba perusahaan diperoleh dari penjualan ke Bangkok, Thailand. Pada tanggal 20 Juanuari, setelah laporan ini dibuat, nilai tukar Thailand Bhat (THB) jatuh 15% dibandingkan nilai tukar pada tanggal Laporan Keuangan. Karena semua penjualan ke Thailand didenominasi dalam THB, hal ini mewakili potensi kerugian kerugian sekitar 15% ketika pendapatan dari pelanggan diterima dalam bentuk THB. Saat ini, penurunan nilai tersebut mewakili kerugian pertukaran mata uang asing kurang lebih Rp 280,000,000. Sampai saat laporan ini dirilis, belum ada pembayaran piutang diterima dari pelanggan, sehubungan dengan penjualan tersebut. Pembayaran semua penjualan baru akan diterima di akhir Februari, sehinga kemungkinan akan mengalami fluktuasi lebih lanjut sesuai dengan posisi tukar yang akan berlaku pada saat itu.”

Contoh-contoh footnote disajikan di atas hanya contoh semata, untuk bisa dijadikan acuan dasar bagi mereka yang belum pernah membuat footnotes untuk kasus tranlasi laporan keuangan.


Sumber : jurnalakuntansikeuangan.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar