Pemerintah dan Bank Indonesia memulai agenda
konsultasi publik perdananya untuk menggolkan rencana redenominasi mata uang
rupiah seiring pengajuan RUU Redenominasi yang telah diterima DPR.
RUU Redenominasi kini menunggu pembahasan DPR namun
telah masuk dalam daftar prioritas pembahasan Program Legislasi Nasional
(Prolegnas).
Dalam penjelasannya Menteri Keuangan Agus
Martowardojo dan Gubernur BI Darmin Nasution mengatakan redenominasi perlu dilakukan
karena transaksi keuangan yang makin meningkat membuat jumlah digit mata uang
yang digunakan dalam bertransaksi semakin banyak. Kedua pejabat menggarisbawahi
munculnya potensi inefisiensi akibat penggunaan angka tersebut.
Menkeu Agus Marto Wardojo menggarisbawahi angka nol
yang terlalu banyak pada mata uang rupiah saat ini dibanding mata uang lain
juga berpengaruh 'terhadap persepsi rendahnya nilai rupiah' diantara mata uang
global.
Sementara Gubernur Darmin Nasution menegaskan tak
perlu ada kekhawatiran redenominasi gagal karena Indonesia 'telah memenuhi
prasyarat dengan kondisi ekonomi yang stabil beberapa tahun ke depan', tuturnya
seperti disampaikan pada publik dan media di Hotel Borobudur Jakarta menandai
dimulainya proses sosialisasi.
Humas Bank Indonesia Difi Johansyah mengatakan kunci
keberhasilan sosialisasi ada pada pemahaman bahwa redenominasi tidak sama
dengan sanering.
"Kalau redenominasi sama dengan mengurangi tiga
angka nol di belakang mata uang rupiah sehingga tidak mengubah nilai, tapi
kalau sanering jelas pemotongan nilai mata uang," jelasnya pada Dewi
Safitri dari BBC Indonesia.
Bank Indonesia menurut Difi optimistis kampanye
berhasil karena sudah mulai digulirkan sejak tahun 2010 yang dilanjutkan dengan
penyusunan RUU Redenominasi antara pemerintah dibantu BI.
'Pesta rakyat'
Bank Indonesia dalam berbagai pernyataan menyebit
redenominasi yang berhasil akan membawa efek positif bagi perekonomian. Selain
transaksi jadi lebih ringkas, langkah juga akan berdampak pada terangkatnya sentimen
positif pengguna rupiah.
"Inti pesannya adalah menyetarakan nilai mata
uang kita dengan yang lain. Kalau harga satu botol air kemasan di Singapura 1
dollar, di Malaysia 1 ringgit ya disini biar 1 rupiah, kira-kira begitu,"
kata Difi.
Rupiah selama ini kerap menjadi bahan olok-olok
warga asing karena dianggap terlalu 'boros' dalam angka nol.
"Itu lihat saja bule kalau datang, sambil
pegang uang rupiah dia ketawa 'I am rich, I am rich'," tambahnya.
Upaya sosialisai akan dilakukan maksimal termasuk dengan
pesta rakyat dalam bentuk mulai dari panggung musik dangdut sampai pertunjungan
wayang kulit.
"Sasaran utama kita adalah masyarakat yang
belum tahu, kurang informasi. Para lansia, pensiunan, petani, mereka ini banyak
berada di pedesaan kan."
Sejumlah media menulis untuk kebutuhan kampanye ini,
bank sentral akan mengeluarkan dana hingga Rp200 miliar untuk setahun.
Pemrintah mengusulkan masa transisi nilai mata uang
baru berlangsung selama lima tahun sehingga mata uang seperti berlaku saat ini
baru akan diganti sepenuhnya dengan yang baru pada 2016.
Saat itu diperkirakan pecahan kecil termasuk sen
dalam uang rupiah akan muncul kembali setelah selama ini hilang sama sekali
dari peredaran publik.
Redenominasi juga pernah dilakukan Turki, Polandia,
Ukraina dan Rumania saat hendak bergabung dengan Uni Eropa. Menurut BI langkah
negara-negara tersebut sukses ditandai dengan proses yang tanpa gejolak dan
keberhasilan memperketat inflasi dibawah 10% per tahun.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar